Pendidikan Bagi Anak
Sumber :
www.wikipedia.com
Oleh : Dwi Ratnawati/0099
PGSD 2C UNP Kediri
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang
banyak orang lakukan yaitu dengan memainkan musik dan membacakan buku cerita
kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum
kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti
daripada pendidikan formal. Anak adalah amanah dari sang
pencipta dan amanah harus dipertanggung jawabkan. Orang yang diberi amanah
hendaknya melaksanakan dengan penuh tanggun jawab.
Anak dan pendidikan tidak bisa dipisahkan, anak yang baru lahir hanya bisa mendengar
belum bisa menjawab pembicaraan, maka anak yang baru lahir akan belajar pertama
kali melalui indra pendengaran mereka. Jadi hendaknya ketika anak baru lahir
kita memperdengarkan kepada anak-anak kita sesuatu yang baik dan akan
menjadikannya tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang baik pula. Pendidikan anak bukan hanya ditempuh di bangku sekolah tapi sebagai orang tua
kita harus mengajarkan kebijaksanan-kebijaksanaan bagaimana menjalani hidup ini
dengan cara yang paling baik. Misalnya orang tua mengajarkan anaknya untuk
bersikap mandiri. Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih kecil
misalnya: memakai pakaian sendiri, menalikan sepatu dan bermacam
pekerjaan-pekerjaan kecil sehari-hari lainnya. Kedengarannya mudah, namun dalam
prakteknya pembiasaan ini banyak hambatannya. Tidak jarang orang tua merasa
tidak tega atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha dalam
melakukan hal yang ingin diketahuinya seperti menalikan sepatu dan sebagainya. Memang
masalah yang dihadapi anak sehari-hari dapat dengan mudah diatasi dengan adanya
campur tangan orang tua. Namun cara ini tentunya tidak akan membantu anak untuk
menjadi mandiri karena si anak akan terus merasa bergantung pada orang tua dan
orang yang digantunginya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya itu bukan
hal yang buruk tapi tidak baik buat perkembangan anak secara terus-menerus.
Lalu upaya agar anak tidak menggantungkan diri kepada orang tua
ataupun orang lain dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Beri
kesempatan anak untuk memilih, Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi
atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan
pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan,
ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya, kebiasaan untuk
membuat keputusan - keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan
memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam
kehidupannya.
2.
Hargailah usahanya,
hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi masalah
yang ia hadapi. Sehingga akan mendorong anak untuk melakukan sendiri hal-hal
kecil tersebut.
3.
Hindari
banyak pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua , yang
sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat
diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan
cerewet.
4. Jangan langsung menjawab pertanyaan, meskipun salah tugas orang
tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun
sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Sebaliknya, beri kesempatan anak untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Dan tugas orang tua adalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau
memberi penghargaan kalau ia benar.
5.
Dorong
untuk melihat alternative, sebaiknya anak tahu bahwa untuk nmengatasi suatu
masalah , orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Dengan
demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua.
6.
Jangan
patah semangat, kita sebagai orang tua jangan sekali-kali membuat anak kehilangan motivasi atau harapannya mengenai
sesuatu yang ingin dicapainya. Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui
bahwa orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun akhirnya,
dengan alasan-alasan yang kita ajukan, keinginannya tersebut belum dapat di
penuhi.